Penemuan Udang Purba di Bukit Kapur Ciampea
Bagi warga Bogor, siapa yang tak mengetahui bukit kapur Ciampea?
Adalah Bukit kapur (karst) tunggal yang memanjang dari timur ke barat dan berada di wilayah kecamatan Ciampea dan Cibungbulang, kabupaten Bogor. Saat ini, Bukit kapur Ciampea dimanfaatkan sebagai wisata yang menyuguhkan pemandangan landscape sekitarnya dari atas bukit kapur. Tidak jarang ketika weekend tiba, bukit kapur Ciampea banyak dikunjungi wisatawan lokal dari wilayah sekitarnya. Namun di sisi lain dari eksotisme Bukit kapur sebagai objek wisata, sebenarnya juga berlangsung aktivitas penambangan kapur yang sedikit demi sedikit mengeruk habis sisi bagian utara bukit.
Tulisan ini mencoba mengungkap sisi lainnya yang ada di bukit Kapur Ciampea diluar aktivitas wisata dan penambangan kapur. Basis narasi yang penulis angkat dalam tulisan ini berdasarkan hasil observasi langsung ke lapangan dan studi pustaka. Penulis melihat ada hal juga yang menarik yang ditemukan di Bukit Kapur Ciampea dan mungkin hampir sebagian banyak orang juga belum mengetahuinya sehingga tulisan ini penting untuk dipublikasi. Apakah Hal menarik itu ?
Dari beberapa catatan hasil turun lapangan ke Bukit Kapur Ciampea yang penulis lakukan selama tahun 2018, penulis memperoleh temuan menarik mengenai hewan yang hidup didalam gua (cave). Hewan tersebut tidak lain adalah Udang Purba Stenasellus. Penemuan Udang Purba Stenasellus di Bukit Kapur (Karst) Ciampea menjadi catatan baru karena belum pernah ada yang menemukan spesies tersebut. Hewan kecil berwarna merah jambu ini ditemukan di beberapa gua di Karst Ciampea Yaitu Gua Sigeulis, Gua Sipanjang, Gua Sipeso,dan Sigajah (AC). Habitat Stenasellus di Ciampea banyak ditemukan di kolam-kolam genangan di dalam gua.
.
Mengenal Hewan Gua Stenasellus
.
Gua merupakan ekosistem yang menyimpan kekayaan fauna unik dan endemik (hanya ada di daerah tersebut). Lingkungan gua yang terisolasi dari cahaya sinar matahari membuat setiap makhluk hidup didalamnya mampu beradaptasi dengan ekstrim seperti mengevolusi bentuk dan pigmen tubuhnya. Tidak jarang fauna yang telah beradaptasi dengan lingkungan gua tidak memiliki indra penglihatan (buta) atau warna tubuhnya memudar putih (colourless).
Udang purba Stenasellus merupakan salah satu hewan yang masuk kelompok anggota krustasea dari bangsa isopoda. Hewan yang terancam punah ini tergolongan primitif karena sampai saat ini nenek moyang Stenasellus masih ada yang hidup di perairan air asin (laut). Namun, beberapa spesies endemik gua, telah mengalami adaptasi yang cukup ekstrim sampai dapat hidup di air tawar (Rahmadi, 2018).
.
Secara visual, ciri fisik udang purba Stenasellus berwarna merah muda. Ukuran tubuh cukup kecil kira-kira seujung kuku manusia atau sekitar 5-7 milimeter. Jika dilihat lebih detail, akan ditemui bentuk tubuhnya yang berbuku-buku. Udang purba Stenasellus berjalan menggunakan kaki yang terletak diantara ruas tubuhnya.
Persebaran udang purba Stenasellus di dalam gua sangat terbatas. Sampai saat ini, Stenasellus yang telah ditemukan hidup di air yang tidak mengalir atau di air yang mengalir lambat. Hewan merah jambu ini ditemukan pada kolam-kolam yang berbentuk air perkolasi (air yang menetes pada ornamen gua).di dalam gua. Selain itu, kerap juga ditemukan pada bekas injakan kaki manusia yang terdapat air di dalamnya.
Untuk wilayah Jawa Barat, penyebaran udang purba Stenasellus baru ditemukan di tiga lokasi yaitu karst Citeureup, Gunung Walat dan Buniayu. Cahyo Rahmadi (Peneliti LIPI) menyatakan bahwa Stenasellus yang ditemukan di Ciampea diduga berbeda subspesies dengan yang ada di Citereup dan tempat lainnya karena faktor pemisahan geografi. “Perumpamaan seperti hal-nya Harimau Jawa dengan Harimau Bali, hanya dipisahkan oleh Selat Bali mereka berbeda spesies” ujarnya dalam diskusi di IPB, Maret 2018
.
Menjaga Habitat Udang Purba
.
Penelitian mengenai udang purba Stenasellus di Indonesia masih sangat jarang. Pada area Pulau Jawa, Stenasellus pertama kali ditemukan pada tahun 2004 di Gua Cikarae, Desa Leuwikaret, Kecamatan Klapanunggal, Bogor oleh Cahyo Rahmadi bersama tim pecinta alam Lawalata IPB. Isopoda khas gua itu diberi nama Stenasellus javanicus oleh Dr. Cahyo Rahmadi dan Dr. Guy Magniez (RIP) pada tahun 2006. Terakhir antara 2018-2019, Indonesia Speleological Society (ISS) yang di pimpin Dr. Cahyo Rahmadi melakukan kajian mengenai kondisi lingkungan habitat udang purba Stenasellus di Gua Cikarae.
Populasi dan persebaran Stenasellus yang sangat terbatas menjadikan hewan ini sangat rentan terhadap ancaman. Ditambah lagi belum ada informasi mengenai biologi spesies tersebut. Salah satu ancaman serius adalah aktivitas penelusuran gua yang minim pengetahuan. Lokasi tempat hidup spesies ini sangat rawan terinjak oleh penelusur gua. Oleh karena itu, penting bagi penelusur gua untuk memahami dan memperhatikan saat menapaki lantai gua. Banyak fauna gua dengan ukuran mikro yang tanpa disadari itu dapat terinjak.
Selain itu, ancaman datang dari aktivitas penambangan kapur di sekitar gua. Sampai saaat ini, aktivitas penambangan kapur masih terus berlangsung di Karst Ciampea. Getaran yang dihasilkan dari pemboman batu kapur dapat menyebabkan runtuh dan hancurnya gua yang menjadi habitat Stenasellus. Semoga penemuan ini mampu membangkitkan pemangku kepentingan untuk peduli terhadap Karst Ciampea, karena sejatinya karst adalah laboratorium ilmu pengetahuan untuk dilestarikan.
.
Penulis
Aziz Fardhani Jaya
Pemerhati Karst dan Gua
https://azizfardhani.com/